HASIL
PENELITIAN
PEMANFAATAN
MEDIA LIMBAH SERBUK GERGAJI, PASIR DAN BATA MERAH DALAM MENENTUKAN KUALITAS
PENGASINAN TELUR BEBEK
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rancangan Percobaan
Disusun Oleh:
Andi Rizal 2224101018
Bunda Embun P. 2224100425
Mahmudin 2224100072
Riska Julianasari 2224101543
Andry Gunawan 2224100429
Kelas V A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Telur yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia umumnya adalah telur ayam, telur puyuh, dan telur
itik. Bobot dan ukuran telur itik rata-rata lebih besar, namun karena baunya
yang amis, telur itik jarang digunakan dibandingkan dengan telur ayam. Sebagai
usaha untuk mengurangi bau amis tersebut maka telur itik diolah menjadi telur
asin, hal ini memungkinkan karena telur itik memiliki pori-pori telur yang
besar. Pori-pori ini menguntungkan saat proses pengasinan karena garam bisa
lebih terabsorbsi kedalam telur dibanding telur lainnya. (Marssy, 2007).
Sejak zaman dahulu
masyarakat kita telah mengenal pengasinan sebagai salah satu upaya untuk
mengawetkan telur atau memperpanjang masa simpan, mengurangi rasa amis dan
menciptakan rasa yang khas. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membuat
telur asin yaitu perendaman dalam larutan garam jenuh dan pemeraman dengan tiga
jenis adonan yaitu menggunakan tanah liat, abu dapur maupun serbuk bata merah.
Masing-masing cara akan memberikan hasil yang berbeda satu sama lain misalnya,
pada penggunaan media pengasinan serbuk bata merah menghasilkan warna kuning
telur keemasan sedangkan media abu dapur, hasil telur asin kurang begitu
menarik karena bagian kuning telurnya pucat kehitaman. (Soepardi,Goeswono.
1989).
Sampai saat ini belum pernah
dilakukan pembuatan telur asin dengan menggunakan media adonan limbah serbuk
gergaji atau pasir, mengingat tekstur dari bahan ini maka dimungkinkan dapat
digunakan sebagai media/pembalut pada pembuatan telur asin. Di sekitar kita
pasir ini mudah didapatkan, demikian juga limbah serbuk gergaji, pemilihan
serbuk gergaji ini selain bertujuan memanfaatkan limbah serbuk gergaji yang
belum begitu luas, baru sebatas untuk bahan bakar, sehingga perlu dipikirkan
pemanfaatan lain diantaranya digunakan sebagai media pengasinan telur, juga
warna limbah gergaji ini yang mirip dengan serbuk bata merah, apabila digunakan
sebagai media pengasinan telur diharapkan dapat menghasilkan telur asin yang
mirip hasil telur asin dengan media serbuk bata merah.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalahbagaimana kualitas (warna kuning telur, tingkat keasinan, warna cangkang
telur, dan tingkat keawetan) telur bebek di tinjau dari perbedaan bahan
pembuatan dengan penggunaan limbah serbuk gergaji, pasir, dan bata merah.
1.3
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
penggunaan berbagai bahan yaitu limbah serbuk gergaji, pasir, dan bata merah,
dalam menentukankualitas pengasinan telur bebek.
1.4
Manfaat
Penelitian
Penelitian
yang kami lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Bagi masyarakat sekitar dapat memberikan informasi mengenai penggunaan bahan pembuatan telur asin.
b.
Dapat mengetahui penggunaan
limbah serbuk gergaji yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan telur asin.
c.
Bagi peneliti
dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telur Asin
2.1.1
Definisi
Telur asin adalah istilah untuk makanan yang berbahan telur
yang diawetkan dengan cara diasinkan. Telur yang biasanya di buat telur asin
adalah telur itik.Telur asin ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan
berbagai masakan. Telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri
bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering"
(jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa
asin tidak menyengat.
Pada dasarnya proses pembuatan telur asin ini ada beberapa
cara. Namun kebanyakan orang lebih memilih dengan cara direndam atau di balut
dalam adonan garam dicampur dengan serbuk bata merah, tanah liat, atau abu
gosok. Untuk mengetahui secara pasti kondisi telur yang akan diasinkan, maka
perlu dilakukan pemeriksaan seperti terlebih dahulu bahwa telur-telur yang akan
diperiksa tersebut merupakan telur yang belum pernah dierami sama sekali,
sehingga kemungkinan adanya janin didalamnya dapat dihindari, dengan cara
merendamnya dalam air apabila telur tersebut mengapung berarti telur tersebut
berkualitas baik. Disamping itu, harus dihindari juga penggunaan telur yang
telah mengalami keretakan atau pecah kulit, karena selama dalam perendaman
putih telurnya akan menerobos keluar dan membuat larutan perendamannya berbau
busuk.
2.1.2
Manfaat TelurAsin
Telur
adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah
dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya
murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan,
tepung telur, obat dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak
12 %, serta vitamin dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian
kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta
mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium dan vitamin B kompleks.
Sebagian protein (50) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih
telur yang jumlahnya sekitar 60 dari seluruh bulatan telur mengandung jenis
protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah
rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan
mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat
penting untukmempertahankankualitastelur.
Telur
akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada direbus matang
atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena
protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan menurun.
Macam-macam telur adalah : telur ayam, telur bebek, telur puyuh dan
lain-lain.
Telur
yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami proses perusakan. Dengan pengasinan, rasa amis telur
akan berkurang tidak berbau busuk dan rasanya enak.
2.1.3
Proses Pengasinan Telur Bebek
Pada pembuatan telur asin garam NaCl yang ditambahkan
pada media pengasinan berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan
pengawet, karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba, menghambat kerja enzim
proteolitik dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air
menyebabkan telur menjadi lebih awet. Garam NaCl akan masuk kedalam telur
melalui pori-pori kulit menuju bagian putih dan akhirnya kebagian kuning telur.
Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion Natrium (Na+) dan ion klor (Cl-).
Ion klor inilah yang sebenarnyaberfungsi sebagai bahan pengawet dengan
menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Pengasinan telur yang biasa
dilakukan dengan cara telur dibungkus dengan adonan media pengasinan,
selanjutnya diperam. Pemeraman yang umum dilakukan selama 1 – 2 minggu.Makin
lama diperam dengan adonan makasemakin banyak garam yang terabsorbsi kedalam
telur, sehingga semakin awet dan asin.Demikian juga semakin banyak garam yang
ditambahkan pada media adonan maka telur semakin asin.Setiap orang mempunyai selera
berbeda mengenai rasa ini, oleh karena itu penggunaan garam pada waktu
pengasinan perlu dibatasi.(Marssy, 2007).
Pembuatan telur asin selama ini masih berdasar
kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga belum pernah ada uji terhadap
kemurnian kadar garam NaCl yang digunakan untuk membuat media pengasinan, media
awal yang digunakan sudah ada garamnya atau belum sehingga berapa garam NaCl
yang harus ditambahkan secara tepat kedalam media pengasinan belum pernah
teruji.Apabila dari awal sudah diketahui dan diperhitungkan kadar garam NaClnya
maka penambahan garam NaCl berikutnya (setelah pembongkaran telur asin yang
pertama), maka komposisi garam NaCl yang akan ditambahkan pada media pengasinan
dapat diperhitungkan agar diperoleh produk telur asin yang sama kualitasnya
serta cita rasa dan teksturnya seperti pengolahan yang pertama. Pada
kenyataannya pengrajin telur asin ini tidak pernah terpikirkan berapa besar
garam NaCl yang digunakan pada saat membuat adonan media pembalut telur tadi
telah terabsorbsi ke dalam telur dan apakah aman atau tidak bagi konsumen yang
mengkonsumsinya terlebih-lebih bagi mereka yang mengidap penyakit hipertensi.
Secara standar adanya NaCl dalam telur asin ini memang belum dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan melalui Standard Nasional Indonesia, akan tetapi
sebenarnya sudah banyak produk bahan berasa asin yang telah distandardisasi
seperti, mentega, kecap asin, sarden dan masih banyak produk lainnya yaitu
dengan besaran kadar NaCl 2-4 % b/b. Berasumsi bahwa produk telur asin merupakan
produk makanan yang berasa asin maka standar produk bahan berasa asin tadi
(mentega, kecap asin, sarden,dll) dapat digunakan sebagai acuan. Pengembangan
teknologi pengasinan telur dengan berbagai variasi media yang ada disekitar
kita serta memanfaatkan limbah serbuk gergaji maka perlu dilakukan pembuatan
telur asin dengan menggunakan limbah serbuk gergaji dan adonan pasir yang belum
pernah dicoba maupun yang pernah dicoba seperti media serbuk bata merah atau
tanah liat dengan komposisi terukur, serta menguji besarnya kadar garam NaCl
kedalam telur dengan perlakuan waktu pemeraman yang bervariasi.
Teknologi pengasinan dengan berbagai media pengasinan
ini sekaligus menguji kadar NaCl yang terabsorbsi ke dalam telur setelah
mengalami perlakuan pemeraman dengan variasi waktu tertentu diharapkan dapat
mengetahui media dan waktu yang paling efektif untuk mendapatkan kadar NaCl
yang sesuai dengan produk-produk makanan asin.
Prinsip pengawetan telur adalah
untuk Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dari dalam
telur. Beberapa proses pengawetan telur
utuh yang diawetkan bersama kulitnya, antara lain Proses pendinginan, Proses pembungkusan kering, Proses pelapisan dengan minyak, Proses pencelupan dalam berbagai
cairan
Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknikpenanganan yang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik serta tidak berubah rasa, bau, warna, dan isinya. Telur asin adalah telur utuh yang diawetkan dengan adonan yang dibubuhi garam.
Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknikpenanganan yang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik serta tidak berubah rasa, bau, warna, dan isinya. Telur asin adalah telur utuh yang diawetkan dengan adonan yang dibubuhi garam.
Ada 3 cara pembuatan telur asin yaitu:
1. Telur asin dengan adonan garam berbentuk padat atau kering
2. Telur asin dengan adonan garam ditambah ekstrak daun teh
3. Telur asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak atau cairan teh.
1. Telur asin dengan adonan garam berbentuk padat atau kering
2. Telur asin dengan adonan garam ditambah ekstrak daun teh
3. Telur asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak atau cairan teh.
2.1.4
Kualitas Telur Asin
Kualitastelur ditentukan oleh :
·
Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur,
posisi kuning telur dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning
telur).
·
Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan
telur, keutuhan dan kebersihan kulit telur).
Umumnya
telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang
terbuka. Kerusakkan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar dan
kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama
berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam
isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena
keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih
telur encer sehingga kesegaran telur merosot.
Kerusakan
telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi
ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama
disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan
pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya
telur yang kotor akan lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur
sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang
penyimpanan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat
Penelitian
ini akan dilakukan pada 20 Oktober 2012
di perumahan Pakupatan, di tempat yang bersih dan terbuka.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalampenelitian ini adalah, Ember plastik, panci, Kompor atau alat pemanas, Alat pengaduk, Stoples atau alat penyimpan.Penumbuk,
dan saringan.
Bahan dan pereaksi
yangdigunakan dalam penelitian ini adalah : telur itik, media pengasinan pasir,
serbuk gergaji, dan bata merah, air bersih, garam dapur.
3.4
Cara
Kerja
Langkah
kerja yang penulis lakukan saat melakukan penelitian ini adalah:
a.
Menentukan
telur
bebek yang baik
Dalam pembuatan telur asin ini yang di gunakan adalah
telur bebek, ciri telur bebek yang baik untuk di buat telur asin adalah tlur
yang belum pernah dierami sama sekali, sehingga kemungkinan adanya janin
didalamnya dapat dihindari, dengan cara merendamnya dalam air apabila telur
tersebut mengapung berarti telur tersebut berkualitas baik. Disamping itu,
harus dihindari juga penggunaan telur yang telah mengalami keretakan atau pecah
kulit, karena selama dalam perendaman putih telurnya akan menerobos keluar dan
membuat larutan perendamannya berbau busuk.
b.
Pembuatan Telur Asin
Pembuatan
telur asin ini dilakukan dengan tiga jenis media pengasinan yang berbeda yaitu
limbah serbuk kayu, pasir dan bata merah. Cara pembuatannya sebagai berikut:
No.
|
Cara Kerja
|
Gambar
|
|||||||
1.
|
Memilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk).
|
||||||||
2.
|
Membersihkan Telur dengan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian
keringkan.
|
||||||||
3.
|
Mengamplas seluruh permukaan teluragar pori-porinya terbuka.
|
||||||||
4.
|
Menghaluskan
bahan-bahan untuk membuat adonan.
|
||||||||
4.
|
Membuat3 jenis adonan pengasinan :
o
3 cup Bata merah halus + 1
cup garam dapur + air
o
3 cup pasir halus + 1 cup
garam dapur+ air
o
3 cup serbuk gergaji halus +
garam dapur + air
|
|
|||||||
5.
|
Adonan di aduk sampai adonan berbentuk pasta.
|
|
|||||||
6.
|
Telurdibungkus dengan adonan satu
persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1-2 mm.
|
|
|||||||
7
|
Telur disimpan dalam wadah (baskom) plastik selama 14 hari.
Telur dijaga agar tidak pecah, dan disimpan ditempat
yang bersih dan terbuka.
|
||||||||
8
|
Setelah 14 hari disimpan, telur di bersihkan dari
adonan kemudian direbus hingga matang.
|
||||||||
9
|
Telur dikupas dan diteliti Melihat kenampakkan masing-masing
telur
|
|
|||||||
c.
Pengawetan telur asin
Setelah telur asin dari masing-masing bahan adonan diketahui
rasa, warna kuning telur serta tekstur cangkang telur , telur disimpan di dalam
ruangan hingga tercium bau busuk , kemudian lama waktu pengawetan masing-masing
telur dari bahan yang berbeda di catat pada tabel hasil pengamatan.
3.5 Pengambilan Data
Dalam proses pengambilan data kualitas telur ini
dilakukan dengan beberapa tahapan berikut:
·
Pengambilan
hasil pengasinan telur dari ketiga jenis media pengasinan yaitu limbah serbuk
kayu, pasir, dan bata merah,
·
Mencatat hasil
tersebut kedalam format yang telah dibuat seperti di
bawah ini :
No
|
Media
Pengasinan
|
Karakteristik
kualitas
|
|||
Tekstur
cangkang telur
|
Rasa
|
Warna
Kuning Telur
|
Keawetan
|
||
1.
|
Serbuk kayu
|
||||
2.
|
Pasir
|
||||
3.
|
Bata Merah
|
Kriteria yang diharapkan :
·
Tekstur cangkang
telur asin yang baik adalah Halus (tidak berbintik)
·
Rasa telur asin
yang baik adalah tidak hambar dan tidak terlalu asin
· Warna kuning telur asin yang baik adalah kuning keemasan tidak pucat kehitaman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Tabel hasil percobaan pembuatan telur asin
NO.
|
KRITERIA
|
PERBEDAAN
|
||
BATA MERAH
|
SERBUK GERGAJI
|
PASIR
|
||
1.
|
Warna Kuning Telur
|
Kuning Kemerahan
|
Kuning Pucat
|
Kuning
|
2.
|
Tekstur Cangkang Telur
|
Berbintik Putih
|
Berbintik Merah
|
Halus
|
3.
|
Rasa Asin
|
Sangat
Asin
|
Asin
|
Asin
|
Tabel hasil pengawetan telur
No.
|
BAHAN ADONAN
|
TANGGAL
PANEN
|
TANGGAL
PENGAWETAN MAKSIMAL
|
TANGGAL
PEMBUSUKAN
|
1
|
Bata merah
|
20 Oktober 2012
|
10 November 2012
|
8 November 2012
|
2
|
Pasir
|
5 November 2012
|
||
3
|
Serbuk gergaji
|
3 November 2012
|
Grafik Keawetan Telur Asin
4.2 Pembahasan
Telur
yang direndam di dalam larutan garam akan mengalami osmosis karena telur
tersebut ditempatkan pada lingkungan yang konsentrasinya lebih encer daripada
di dalam telur (isi telur). Kita anggap telur sebagai sel tunggal yang
terbungkus cangkang yang memiliki pori-pori dan merupakan membran yang bersifat
selektif permeable, kuning telur sebagai inti. Oleh karena itu, hal ini
menyebabkan air dan garam masuk ke dalam telur melewati membran/cangkang telur
karena konsentrasi di dalam lebih tinggi daripada di luar, sehingga telur
menjadi asin setelah perendaman 14 hari, hal ini sesuai dengan pengertian
osmosis yaitu proses perpindahan molekul-molekul zat terlarut dari konsentrasi
rendah(hipotonik) ke konsentrasi yang lebih tinggi(hipertonik).
Pembuatan
telur asin ini bertujuan untuk meningkatkan daya simpan telur. Secara
tradisional telur asin biasanya dibuat dari telur itik dan memiliki daya simpan
antara 1-3 minggu. Ketahanan simpan ini dikarnakan kadar garam yang tinggi.
(Kus Sri Martini dkk : 2010).
Telur
asin berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga
terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan
cairan), tidak menimbulkan bau amis, posisi kuning telur berada
ditengah-tengah, bukan dipinggir juga tidak banyak terdapat rongga dan rasa
asin tidak menyengat.Untuk kriteria telur asin setiap orang berbeda-beda. Rasa asin telur
berbeda-beda banyak factor yang mempengaruhinya seperti: Perbedaan ketebalan
cangkang telur pada saat pengamplasan. Tebal tipisnya adonan yang dibalutkan
kekulit telur juga dapat mempengaruhi rasa asin pada telur dan lama pengasinan (Gsianturi: 2003).
Pada tabel hasil percobaan telur asin yang menggunakan
3 bahan yang berbeda yaitu Bata merah, Pasir dan Serbuk gergaji memiliki
perbedaan hasil yaitu Rasa, warna kuning telur, tekstur cangkang telur dan
keawetan.
Pada telur asin yang menggunakan adonan Bata
Merah warna kuning telur agak kemerahan
ini sesuai dengan kriteria warna kuining telur yang baik adalah kuning kemerahan. Selain
warna kuning telur tekstur cangkang telur setelah dibersihkan terdapat
bintik-bintik
keputihan, dan rasa pada telur sangat asin, ini membuktikan bahwa semakin asin
telur maka telur semakin awet.
Pada adonan yang menggunakan adonan Serbuk Gergaji
warna kuning telur yang dihasilkan berbeda dengan warna kuning telur yang
tampak dari telur dengan adonan Bata merah, yaitu kuning pucat cenderung putih.
Tekstur cangkang telur berbintik merah serta rasa yang dihasilkan tidak terlalu
asin.
Telur yang di lapisi adonan pasir, warna kuning telur
yang dihasilkan berwarna kuning seperti warna kuning telur biasanya, tekstur
cangkang telur halus tidak berbintik dan rasanya asin namun
tidak asin seperti pada Bata Merah.
Bata merah adalah bata
biasa yang sering digunakan untuk struktur dinding, dan dapat dibeli pada
toko-toko bahan bangunan. Bahan dasar yang umum digunakan adalah tanah lempung,
yang dibakar dengan suhu sekitar 500°C, umumnya bata merah dibuat secara
tradisional, sehingga ukuran, warna, dan bentuknya berbeda-beda. Sehinga sering
ditemukan bata berwarna merah muda, merah kekuning-kuningan, atau merah
kehitam-hitaman (Rifany,
Dian: 2010).Hasil penelitian BPTP Kaltim menunjukkan bahwa bahan untuk
pembuatan telur asin yang paling bagus adalah batu bata merah. Adapun bahan pembuatan
telur asin adalah telur itik segar, batubata merah yang dihaluskan dan garam
beryodium dengan jumlah 5% dari berat batubata merah (kaltim.litbang:2011).
Kadar NaCl telur asin pada media serbuk gergaji
denganwaktu pemeraman (0, 4, 8, 12, 16, 20) hari berturut-turut adalah 0,453%;
0,650%; 1,453%;2,403%; 3,183% dan 4,080%. Berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan ANOVA duajalan yang dilanjutkan dengan uji Dunnett menunjukkan ada
beda nyata di antara seluruhwaktu pengasinan dari media sebuk gergaji yang
digunakan untuk penelitian diteliti. Lamawaktu pemeraman untuk mendapatkan
produk telur asin yang disukai oleh konsumen dansesuai dengan kriteria makanan
berasa asin adalah pada hari ke 12 dan 16 dengan kadar NaCl 2-4 %.(kaltim.litbang:2011)
Dari grafik tingkat keawetan telur, ketiga bahan yang
digunakan yaitu bata merah, pasir dan serbuk gergaji memiliki keawetan yang
berbeda yang ditandai dengan telur yang mengeluarkan bau busuk dan cangkang
telur menghitam pada bagian bawah (searah dengan rongga udara), yaitu pada bata
merah keawetan telur mencapai 19 hari terhitung dari hari panen. Pada telur
dengan bahan pasir keawetan telur mencapai 17 hari dan pada bahan serbuk
gergaji keawetan mencapai 14 hari terhitung dari hari panen.
Dengan demikian, dari hasil pengamatan dari ketiga
bahan yang berbeda seperti Bata Merah, serbuk gergaji dan pasir terdapat perbedaan
kualitas telur.Pada setiap bahan memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing.Pada bahan bata merah kualitas telur sangat baik seperti kuning
telur kemerahan rasa dan merupakan bahan yang biasa digunakan masyarakat
sebagai bahan pembuatan telur asin, tetapi memiliki kekurangan seperti cangkang
telur yang berbintik putih dan rasa asin yang menyengat tetapi dapat memperlama
masa awet.Pada telur dengan bahan pasir rasa warna cangkang telur halus tanpa
bintik dan rasa asin tidak terlalu asain tetapi tidak terlalu awet dari bahan
bata merah dan warna kuning telur tidak begitu menarik yaitu berwarna
kuning.Kualitas telur asin yang menggunakan bahan serbuk gergaji tidak begitu
baik terlihat dari warna kuning telur yang pucat, warna cangkang telur yang
berbintik merah, tidak terlalu awet (14 hari) karena rasa asin tidak terlalu
asin.
Dari
penelitian telur asin ini dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengasinkan telur
dengan menggunakan berbagai macam adonan pengasin, dengan memakai Bata Merah, Pasir, dan Serbuk Gergaji.Untuk
mengetahui kualitas telur asin berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian
kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, kering (jika digigit
tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, posisi kuning telur
berada di tengah-tengah, bukan dipinggir, tidak terdapat rongga dan rasa asin
tidak menyengat.
KESIMPULAN
Dari
hasil pembuatan telur asin maka didapat kesimpulan bahwa:
·
Media serbuk
gergaji dan pasir dapat dimanfaatkan untuk media pengasinan telur seperti media
pengasinan bata merah.
·
kualitas telur asin
berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga
terang hingga kemerahan, kering (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak
menimbulkan bau amis, posisi kuning telur berada di tengah-tengah, bukan
dipinggir, tidak terdapat rongga dan rasa asin tidak menyengat.
·
Dari hasil
pengamatan dari ketiga bahan yang berbeda seperti Bata Merah, serbuk gergaji
dan pasir terdapat perbedaan kualitas telur. Pada setiap bahan memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
·
Pada bahan bata
merah kualitas telur sangat baik seperti kuning telur kemerahan rasa dan
merupakan bahan yang biasa digunakan masyarakat sebagai bahan pembuatan telur
asin, tetapi memiliki kekurangan seperti cangkang telur yang berbintik putih
dan rasa asin yang menyengat tetapi dapat memperlama masa awet.
·
Pada telur dengan
bahan pasir rasa warna cangkang telur halus tanpa bintik dan rasa asin tidak
terlalu asain tetapi tidak terlalu awet dari bahan bata merah dan warna kuning
telur tidak begitu menarik yaitu berwarna kuning.
·
Kualitas telur
asin yang menggunakan bahan serbuk gergaji tidak begitu baik terlihat dari
warna kuning telur yang pucat, warna cangkang telur yang berbintik merah, tidak
terlalu awet (14 hari) karena rasa asin tidak terlalu asin
·
Tingkat kesukaan
konsumen terhadap produk telur asin yang paling tinggi adalah pada media bata
merah kemudian diikuti pasir dan serbuk gergaji.
DAFTAR PUSTAKA
Gsianturi. 2003. Telur Asin Aman
Dan Penuh Gizi. tersedia
padahttp://www.kompas.com/kesehatan/news/0302/21/195529.htm. padatanggal21 Februari 2003.
Kus Sri Martini & Sri Retno Dwi
Ariani. 2010. Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Surakarta: UNS Press
Mahayana, Argoto dan Nur Hidayati.Modifikasi Teknologi Pengasinan
Telur Melalui Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji dan Pasir terhadap Absorbsi
Garam NaCl.Program Studi D3 Analis Kimia Universitas Setia Budi
Surakarta, Program studi D3 Analis Kesehatan Universitas Setia Budi
Surakarta.pdf
Nur RizqiB. 2011.Pembuatan Telur Asin yang Tepat.http://kaltim.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/info-teknologi/58-ternak/163-pembuatan-telur-asin-yang-tepat(diakses
9 Desember 2012 pukul. 13:24 WIB)
Rifany, Dian Kurniaty.2010. Bata Ekspos Sebagai Sebagai Alternatif Material
Dinding Untuk Rancangan Bangunan.Jurnal.Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik - Universitas Tadulako.
Serbuk Gergaji dan Pasir terhadap Absorbsi Garam NaCl.pdf
Sutrisno,
Koswara. Perbaikan proses pengasinan telur. Ayam dan Telur, 63,1991:
35-36. Telur asin. Dalam : Paket industri pangan. Bogor: Pusbangtepa-IPB,
s.a. Hal. 4.
LAMPIRAN