Selasa, 28 Agustus 2012

Intip Para Pemain Monkey King: Journey To The West a.k.a Kera Sakti

 Ha ha
Sun Go Kong I sin da ha...
Seekor kera Terpuruk terpenjara dalam gua
Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa
Bertindak sesuka hati Loncat kesana kesini
Hiraukan semua masalah di muka bumi ini
Dengan sehelai bulu Dan rambut dari tubuhnya
Dia merubah menerpa menerjang segala apa yang ada
Walau halangan rintangan Semakin panjang membentang
Tak jadi masalah dan tak kan jadi beban pikiran
Berkelana setiap hari Demi mendapat kitab suci
Dengan dukungan dari gurunya Temukan jati diri
Semua kan dihadapi ..Dengan gagah berani
Walau aral rintangan Setiap saat datang tuk menguji
Kera Sakti Tak pernah berhenti Bertindak sesuka hati
Kera Sakti Menjadi pengawal Mencari Kitab suci
Kera Sakti Liar nakal brutal Membuat semua orang menjadi gempar
Kera Sakti Hanya hukuman yang dapat menghentikannya
Walau halangan rintangan membentang
Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran


gak asing kan lyric itu? pasti pada inget,, yaps kera sakti atau monkey king: journey to the west,, yang banyak dikenal sih versi TVB hongkong 1996/1998 yang bercerita tentang perjalanan biksu Budha Tong Sam Cong (Kwong Wa) ke barat untuk mengambil kitab suci yang di dampingi oleh kera sakti Sun Gokong (Dicky Cheung dan Benny Chan), siluman babi yang genit Xu Patkay (Wayne Lai), dan Sha Wujing (Evergreen Mak) eh sama kuda putih samcong juga. pengen tahu juga legenda nya? terdapat di postingan terdahulu, disini

Sekarang aku akan ngasih tahu para pemain nya yg versi TVB Hongkong 1996/1998

  1. Sun Gokong season 1



 2. Sun Gokong season 2
 
 
3. Tong Sam Cong

 




4. Xu Patkay 




  5. Sha Wujing



 dan tokoh lainnya seperti paman kerbau, dan lain2,,


thanx you for coming and read my post,, semoga dapat mengenang jaman-jaman dulu kita nonton acara ini,,

LEGENDA Journey To The West a.k.a Kera Sakti

masih ingatkan sama sun go kong? pasti lah kan dlu acara ini booming banget di indonesia,,
sebelumnya tahu nggak legenda dari cerita itu? meskipun ini cerita dari agama hindu, gak ada salahnya kan kita tahu legenda nya?,,, langsung aja deh,, check this out!!..


Nama Sun Go Kong bagi masyarakat kita sudah tidak asing lagi. Sebuah stasiun televisi swasta pernah menayangkan film serial “Kera Sakti” ini sampai berulang-ulang. Sun Go Kong dikenal karena kesaktiannya melawan segala jenis siluman. Selain dia, tokoh sentral lainnya dalam film ini adalah biksu Tong yang selalu mengendalikannya selama perjalanannya ke Barat mencari kitab suci.

Pertanyaannya, apakah tokoh Hsuan-tsang yang dalam cerita serial “Kera Sakti” terkenal sebagai biksu Tong itu benar-benar pernah hidup di Tiongkok? Dari beberapa literatur yang ada menunjukkan bahwa tokoh Hsuan-tsang ini adalah seorang biksu yang ditasbihkan pada umur 13 tahun dan hidup di Tiongkok sekitar tahun 602-664, dikenal juga dengan nama aslinya Chen-I, mendapatkan gelar San-Tsang atau Mu-Ch’a-T’i-P’o (Moksadeva) atau Yuan-tsang (di Jepang dikenal dengan nama Genjo). Beliau tercatat sebagai biksu dan penziarah dari Tiongkok yang terbesar sepanjang sejarah dan hidup pada masa Dinasti Tang (618-907), yang menunggang kuda melakukan perjalanan ke India melewati Himalaya selama 4 tahun perjalanan (dalam usia 23 tahun).

Beliau sempat tinggal selama 10 tahun di India untuk mempelajari dan menerjemahkan berbagai kitab Sansekerta Tripitaka ke dalam bahasa China, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 645 dengan membawa pulang 658 teks agama Buddha dan berbagai sutra Mahayana. Karya terjemahannya dan juga tulisan perjalanannya ke Asia Tengah dan India yang penuh dengan data yang akurat merupakan suatu fakta sejarah tak ternilai bagi para sejarawan dan arkeologis saat ini. Nama beliau dapat disejajarkan dengan para sesepuh Mahayana (Tripitaka Master) seperti Mahadeva, Asvaghosa, Nagarjuna, Atisa, Vasubandhu, Bodhidharma, Shanti-Deva, Asanga, Arya-Deva, Tao-An, Kumarajiva, Kobo-Daishi termasuk Buddhaghosa (Theravada).

Mengembara ke India Terlahir dalam keluarga cendekiawan turun-temurun yang menganut paham Confucianis di mana atas pengaruh kakaknya yang menyenangi agama Buddha, akhirnya mereka berdua melakukan perjalanan ke Ch’ang-an dan kemudian ke Ssu-ch’uan (sekarang Szechwan) guna menghindari konflik politik yang terjadi. Semasa berada di Ssu-ch’uan, Hsuan-tsang mulai mempelajari filosofi Buddhis tetapi menemukan banyak sekali perbedaan dan kontradiksi dari berbagai kitab yang dibacanya. Karena tidak menemukan jawaban yang memuaskan dari gurunya, akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke India.

Hsuan-tsang muda melakukan perjalanan ke utara di Padang Pasir Takla Mak’an melewati sumber mata air Turfan, Karashar, Kucha, Tashkent dan Samarkand untuk kemudian memasuki Gerbang Besi Bactria, melewati pegunungan Hindu Kush sampai ke Kapisha, Gandhara, dan Kashmir di sebelah Tenggara India. Dari sana beliau menaiki perahu menjelajahi sepanjang Sungai Gangga sampai ke Mathura, dan mencapai tanah suci agama Buddha di bagian timur Sungai Gangga pada 633. Hsuan-tsang mulai mengunjungi berbagai tempat keramat yang berkaitan dengan kehidupan sang Buddha di sepanjang sungai Timur sampai Barat.

Kemudian sebagian besar waktunya dihabiskan di Nalanda (pimpinan universitas saat itu adalah Silabhadra yang bergelar ‘Mustika Kebenaran’) yang merupakan satu-satunya pusat pengkajian Buddha yang terbesar saat itu (Nagarjuna juga mulai mempelajari Buddha dari sana). Hsuan-tsang muda mempelajari bahasa Sansekerta, filsafat Buddhis dan filsafat India. Sewaktu berada di India, Hsuan-tsang terkenal akan kecendekiawanannya, sehingga raja yang berkuasa di India bagian utara, Raja Harsa menemui secara pribadi untuk memberikan penghargaan kepadanya. Akhirnya dengan bantuan dari Raja Harsa, beliau dapat menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Tiongkok (tahun 643) dengan fasilitas yang disediakan oleh Raja berupa 20 ekor kuda yang membawa 527 peti naskah.

Kembali ke Tiongkok Hsuan-tsang kembali ke Ch’ang-an (ibu kota negara T’ang) pada 645 setelah meninggalkan negaranya selama 16 tahun. Beliau disambut dengan meriah di ibu kota dan beberapa hari kemudian di depan khalayak ramai, Raja menawarkan posisi menteri di pemerintahan dengan pertimbangan bahwa Hsuan-tsang mempunyai pengalaman luas di berbagai negara asing. Namun terdorong oleh niatnya yang besar untuk mengabdi dalam Buddha, beliau menolak secara halus penawaran Raja tsb. Hsuan-tsang menghabiskan sisa waktunya dengan menerjemahkan sekitar 657 naskah yang dikemas dalam 520 peti (literatur lain menuturkan 527 peti) yang dibawanya kembali dari India.

Beliau menyelesaikan 73 naskah (literatur lain menyebutkan 75 naskah) yang terbagi atas 1,330 bagian, di mana sebagian besar merupakan rujukan utama dalam Tripitaka Mahayana seperti Prajnaparamita Hrdaya Sutra, naskah Yogacara, Madhyamaka dan naskah Vasubandhu yakni Trimsika atau dikenal juga dengan nama Vijnaptimatrasiddhi. Selain itu terdapat juga naskah dari sejumlah sekte lainnya seperti dari Hinayana, Theravada, Vinaya, Mahasanghika dan Risalah, termasuk naskah pengetahuan umum dan naskah tata bahasa.

Pokok-pokok Pikirannya Karya Hsuan-tsang lebih berdasarkan filsafat ajaran Yogacara (Vijnanavada/Wei-shih cung) yang dikembangkan oleh Asanga dan Vasabhandhu, di mana bersama dengan muridnya K’uei-chi (632-682) mendirikan sekte Wei-shih (Hanya Kesadaran/Vijnana) yang tertuang dalam karya Hsuan-tsang , Ch’eng-wei-shih-lun (Treatise on the Establishment of the Doctrine of Consciousness Only) yang menjelaskan bagaimana bisa terdapat suatu dunia emperikal yang umum untuk setiap individu yang memiliki badan dan penyerapan yang berbeda dapat merupakan pembentuk pikiran bersama terhadap suatu tujuan tertentu. Menurut Hsuan-tsang, benih karma universal yang tersimpan dalam gudang kesadaran (alayavijnana) merupakan pembentuk umum dan benih karma tertentu sebagai pembentuk pembeda masing-masing individu.
Pokok utama ajaran ini mengatakan bahwa seluruh dunia ini terbentuk karena pikiran. Bentuk-bentuk tampak luar adalah tidak nyata (maya), tidak ada yang nyata diluar pikiran. Pendapat umum tentang adanya bentuk luar hanyalah disebabkan konsepsi yang salah dimana dapat dihilangkan dengan proses meditasi yang menarik kembali semua bentuk luar yang bersifat maya tersebut (semacam vipassana bhavana). Benih karma merupakan pembentuk pancaskandha yang terkumpul dalam gudang kesadaran dimana membentuk pikiran atas keberadaan dunia luar berdasarkan persepsi dan cita. Gudang kesadaran inilah yang harus disucikan dari dualitas subyek-obyek dan keberadaan yang maya dengan menempatkannya pada alam kemurnian yang dapat disamakan dengan kenyataan atau kesamaan yang menunjukkan sifat dasar dari semua benda sesuai apa yang telah ditentukan (tathata). Alam kesadaran inilah yang dicapai oleh para Bodhisattva sebagaimana tercermin dari konsep Trikaya.
Perkembangan Ajaran Pokok pikiran ajaran tersebut sempat populer pada masa kehidupan Hsuan-tsang dan K’uei-chi , tetapi karena filsafat dan terminologi ajaran tersebut yang kurang dimengerti dan sulit dicerna secara umum, demikian juga bentuk pemahaman yang berkaitan dengan analisa pikiran dan perasaan merupakan suatu hal yang asing bagi tradisi di Tiongkok saat itu, maka dengan meninggalnya Hsuan-tsang dan K’uei-chi, sekte ini pun akhirnya mengalami kemerosotan. Pada saat meninggalnya Hsuan-tsang, Raja T’ang mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari guna menghormati segala pengorbanan yang telah dilakukan oleh Hsuan-tsang yang ditunjukkan oleh pengabdiannya yang tanpa pamrih dalam mengembangkan Buddhisme di Tiongkok.
Tercatat dalam beberapa literatur bahwa pada masa kehidupan Hsuan-tsang, terdapat seorang biksu Jepang yang bernama Dosho sempat singgah ke Tiongkok pada tahun 653 dan belajar di bawah bimbingan Hsuan-tsang, di mana sesudah menyelesaikan pelajarannya, biksu Dosho kembali ke Jepang untuk mengenalkan doktrin tersebut, dan kemudian menjadi terkenal akan Vihara Gongo. Selama abad ke-7 dan ke-8, sekte ini dikenal dengan nama Hosso (Fa-hsiang) dan merupakan sekte yang paling mempengaruhi semua sekte Buddhis yang ada di Jepang sampai saat ini. Biksu Dosho merupakan biksu pertama di Jepang yang jasadnya dikremasikan secara Buddhis. Selain di Jepang, ajaran Hsuan-tsang juga menyebar ke Korea.
Selain melakukan penerjemahan naskah-naskah, Hsuan-tsang juga menulis cerita perjalanannya ke Barat (India) yang diberi judul Ta-T’ang Hsi-yu-chi (Catatan Perjalanan ke Barat semasa Dinasti T’ang Agung), merupakan suatu catatan dari berbagai negara yang dilewatinya sewaktu melakukan perjalanan ke Barat mengambil kitab suci.

Kamis, 23 Agustus 2012

SUPER JUNIOR 슈퍼주니어 _SPY_MUSIC VIDEO

http://www.youtube.com/watch?v=4GpJHF0WyAE
http://www.youtube.com/watch?v=4GpJHF0WyAE

nemathelminthes.ppt

merancang analisis kebutuhan

www.slideshare.net/andyrizal/merancang-analisis-kebutuhan

Pengertian dan Hikmah Nuzulul Qur’an

Pengertian dan Hikmah Nuzulul Qur’an – Nuzulul Qur’an merupakan sebuah mukjizat Allah SWT karena peristiwa ini merupakan proses turunnya Al-Qur’an kepada Rasul Muhammad SAW untuk memberi petujuk kepada manusia. Turunya al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Karenanya kita harus mengetahui Pengertian dan Hikmah Nuzulul Qur’an secara menyeluruh. Artinya di sini Pengertian dan Hikmah Nuzulul Qur’an kita kita harus mampu mengimplementasikan Al-Qur’an dalam diri kita masing-masing. hikmah nuzulul quran
Tujuan Khusus Dari Nuzulul Qur’an dan pengertian nuzulul Qur’an
Memberikan Petunjuk kepada semua makhluk ke jalan yang lurus, sebagai adanya targhib dan tarhib, untuk dapat melaksanakan syari’at Allah SWT. Sebagai Jawaban terhadap pertanyaan dan juga penjelasan bagi mereka, seperti turunya Al-Anfal 1, dan an-Nisa’ : 127
Pengertian Nuzulul Qur’an
Proses Turunnya Al-Qur’an 
Faedah diturunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur
Ayat yang pertama dan terakhir diturunkan
Cara Penyampaian Wahyu ( Al-Qur’an )
Nuzulul Qur’an
A. Proses Turunnya Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul Muhammad SAW untuk memberi petujuk kepada manusia. Turunya al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Maka turunya Al-Qur’an dengan dua tahapan, yaitu :
Pertama : Al-Qur’an turun pada malam lailatul qadar pada malam kemulyaan, merupakan pemberitahuan Allah SWT kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malakat akan kemulyaan umat Nabi Muhamad SAW.
Kedua : Turunya Al-Qur’an secara bertahap ( munajaman ), dengan tujuan menguatkan hati Rasul SAW dan menghibur serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah SWT menyempurnakan agama ini dan mencukupi nikmat-nikmat-Nya.
Perbedaan turunnya Al-Qur’an secara sekaligus dan berangsur-angsur disebabkan karena merujuk kepada dua kata anzala dan nazala dalam ayat surat al-Isra’ : 105.
وَبِالْحَقِّ أَنزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا * - الإسراء : 105 - 
Dan Raghib al-Asfahani mengatakan : perbedaan dua kata tersebut, kata inzal dan tanzil, Yaitubahwa kata tanzil ( التنزيل ) dimaksudkan berkenaan turunya Al-Qur’an secara berangsur-angsur ( مفرّقا ),atau ( منجما )Sedangkan kata inzal ditujukan berkenaan turunya al-qur’an secara sekaligus ( جملة ).
Dasar turunnya Al-Qur’an sekaligus
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * - الدخان : 3 –
Sesumgguhmya Kami menurunkan ( Al-Qur’an ) pada malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan “.( QS. Al-Dhukhan : 3 )
Firman Allah SWTSurat Al-Baqarah : 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ * - البقرة : 185 -
“ Bulan Ramadhan bulan yang didalmnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil “ ( QS. Al-Basqarah : 185 ).
Firman Allah SWT surat Al-Qadr : 1
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * – القدر : 1 -
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemulyaan “ ( QS. Al-Qadr : 1 )
Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata :
أنزل القرأنُ جملةً واحدة ً إلى السمَاءِ الدنيا وكانَ بمواقعِ النجومِ وكان اللهُ يُنزله ُ على رسوله صلى الله عليه وسلمّ بعضه فى إثر بعضٍ . 
Allah menurunkan Al-Qur’an sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya secara berangsur-angsur.Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya SAW bagian demi bagian . “ ( HR. Al Hakim dan al-Baihaqi )
Dalam riwayat Ibnu Abbas ra yang lain, beliau berkata :
أنزلَ القرأنُ فى ليلةِ القدرِ فى شَهرى رمضان إلى السماء الدنيا جملةً واحدةً ثم أنزل نجوماً . 
Al-qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadar pada bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus, lalu ia menurunkan secara berangsur-angsur “. ( HR. Al-Tabrani ).
Dasar Turun nya Al-Qur’an berangsur-angsur
Firman Allah SWT surat al-Isra’ : 106
وَقُرْءَانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا * – الإسراء : 106_
Dan Al-Qur’an telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur, agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian-demi bagian . “ ( QS. Al-Isra’ : 106 ).
Dan Firman Allah SWT surat Al-Furqan : 32
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا * – الفرقان : 32 –
Berkatalah orang-orang kafir : “ mengapa Al-Qur’an tidak dirunkan kepadanya sekali turun saja ? Demikian supaya Kami perkuat hatimu dengannya, dan Kami membacakannya kelompk demi kelompok “. ( QS. Al-Furqon : 32 ).
Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan berangsur-angsur
Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan beransur-angsur.
Pertama : Menguatkan dan meneguhkan hati Raulullah SAW, dalam rangka menyampaikan dakwahnya dalam menghadapi celaan orang-orang musyrik. Sebagaimana Al-Qur’an Surat : Al-Furqan : 32
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً * – الفرقان : 32 - 
Artinya : “Berkatalah orang-orang kafir:”Mengapa al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS.Al-Furqan / 25:32)
Kedua : Mempermudah hafalan dan pemahaman, karena Al-Qur’an diturunkan ditengah-tengah umat yang ummi dan yang tidak pandai membaca dan menulis. Sebagaiman Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an suratAl-Qamar : 17.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ * - القمر : 22 -
Ketiga : Sebagai pendidikan terhadap umat islam, dengan turunnya Al-Qur’an dengan cara bertahap, pelajaran dengan sabar dan hati-hati dalam menghadapi segala cobaan, dan bertahap dalam memahami hukum islam.
Keempat : Denga cara ini, turunya ayat sesuai dengan peristiwa yang terjadi akan lebih berkesan dihati, karena segala persoalan dapat ditanyakan langsung kepada Nabi SAW, seperti yang terjadi, dan Al-Qur’an langsung menjawabnya, dalam persoalan istri su’ad bin Rabi’ yang datang kepada Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah, berkata : “ telah datang seorang istri dari Su’ad bin Rabi’ kepada Rasul SAW dan bersamanya dua orang anak perempuan, dan berkata : “ Ya Rasul ! kedua anak perempuan ini adalah putri dari Su’ad yang terbunuh dalam perang Uhud, dan pamannya tidak memberikan hak keduanya. Maka bersabda Rasulullah SAW dalam persoalan tersebut dengan turunnya ayat, QS. Al-Nisa’ : 11.
يوصِيكُمُ اللهُ فِي أَوْلاَدِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ اْلأُنثَيَيْنِ فَإِن كُنَّ نِسَآءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَاتَرَكَ وَإِن كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ وَلأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِن كَانَ لَهُ وَلَدُُ فَإِن لَّمْ يَكُن لَّهُ وَلَدُُ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلأُمِّهِ الثُّلُثُ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلأُمَّهِ السُّدُسُ مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِى بِهَآأَوْدَيْنٍ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لاَتَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا فَرِيضَةً مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا * - النساء : 11 - 
Kelima : Bukti yang pasti ( mu’jizat ) bahwa Al-Qur’an adalah dari sisi Allah SWT Yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji. Ketika terjadi pengingkaran terhadap Al-Qur’an itu, maka Allah untuk mendatangkan yang serupa dengannya, maka sekali lagi Allah menegasakan tidak akan bisa sebagaimana Allah SWT berfirman : QS. Al-Isra’ : 88, QS. Hud : 13, QS. Al-Baqarah : 23.
Bukti Kemukjizatan
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ اْلإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لاَيَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْكَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا ) الإسراء : 88 )
أَمْ يَقُوْلُوْنَ اْفتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ ) هود : 13 )
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ( البقرة : 23 )
Ayat yang pertama dan terakhir diturunkan
Pertama : Berkata As-Suyutti, tentang yang pertama turunnya Al-Qur’an sesuai dengan pendapat yang shahih, yaitu firman Allah SWT surat al-Alaq: 1-5.
Kedua : Yang Terakhir Kali Ayat turun dari Al-Qur’an.
Perselisihan yang terjadi dikalangan para ulama tentang ayat yang terakhir turun adalah berdasarkan dalil yangmarfu’, sehingga menyebabkan terjadinya banyak perselisihan pendapat. Dan pendapat yang rajih ( kuat ) tentang yang terakhir turun dalam Al-Qur’an adalahsurat Al-Baqarah : 281.[i]
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ * - البقرة : 281 - 
Cara turunnya wahyu ( al-Qur’an )
Pertama : Datang kepada Rasul SAW Malaikat seperti dencingan suara lonceng yang amat kuat, dari musnad imam Ahmad, dari Abdullah bin Umar, aku bertanya kepada Rasul, Apakah anda ya Rasul menyadari tetang turunnya wahyu ?, Rasul Menjawab : aku mendengar suara dencingan lonceng, kemudian aku diam, tiba-tiba aku tidak sadarkan diri, ternyata turunnya wahyu. Dan cara ini adalah cara yang terberat, dan dikatakan demikian diantara turunnya ayat berkenaan tetang janji dan ancaman.
Kedua : Malaikat datang kepada Rasul bagaikan seorang laki-laki, dan menyampaikan wahyu, demikian sebagaimana hadits shahih. Dan cara yang demikian adalah cara yang lebih ringan dari cara yang pertama. Karena cara ini, Malaikat sebagaimana layaknya saudara saudara yang lain, dan berbicara baik secara sadar seperti pada saat isra dan mi’raj, dan dalam keadaan tidur seperti hadits Muaz bin Jabal.
Nah itu tadi sekilas mengenai Pengertian dan Hikmah Nuzulul Qur’an yang saya dapatkan dari http://kumpulan-makalah-dlords.blogspot.com/2009/08/nuzulul-quran.html….semoga bermanfaat :)



Cetak
E-mail

Ditulis oleh Abdul Rofi’ Afandi   
Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia bila dibandingkan dengan bulan yang lain. Karena di dalam bulan Ramadhan ada Lailatul Qadar, segala dosa umat manusia diampuni dan segala amal perbuatan kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. dan di dalam bulan Ramadlan al-Qur’an pertama kali di turunkan. Peristiwa tersebut tidak pernah ada pada selain bulan Ramadhan. Selain kitab al-Qur’an Allah juga menurunkan kitab-kitab samawi yang lain seperti kitab Taurot, Zabur dan Injil. Hanya saja hukum syariat Islam yang tertuang di dalam masing-masing kitab tersebut satu sama lain tidak sama tetapi dalam masalah ketauhidan (ketuhanan) semua kitab sama yakni sama-sama mengajarkan kepada umat manusia agar menyembah dan meng-Esa-kan Allah SWT.
Al-Qur’an adalah mukjizat nabi Muhammad Saw yang paling agung bila dibandingkan dengan Mukjizat-mukjizat yang lain yang dimiliki oleh beliau Nabi dan atau bila dibanding dengan mukjizat-mukjizat lain yang dimiliki oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad. Adalah wajar jika sampai saat ini bahkan sampai hari kiamat nanti keaslian al-Qur’an masih tetap terjaga. Karena mustahil tidak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat memalsukan/merubah ayat-ayat al-Qur’an apalagi mampu menyaingi keindahan kalam-kalam al-Qur’an. Seorang orientalis Barat yang bernama H.A.R Gibb pernah mengatakan bahwa “ Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang sedemikian nyaring dan indah serta sedemikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang di baca Muhammad (al-Qur’an)”. Itulah barangkali salah satu bukti keagungan al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw. 14 abad yang silam. al-Qur’an memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh mukjizat yang lain yang hanya bisa dinikmati dan disaksikan pada zamannya saja. Sejak pertama kali diturunkan al-Qur’an telah mampu merubah arah dan paradigma peradaban ummat manusia dari kesesatan menuju kebenaran dan kebahagian dunia maupun akhirat. Hal ini merupakan salah satu pengaruh ajaran dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar tanggal, 17 Ramadhan tepatnya saat beliau Nabi Muhammad Saw berusia 40 tahun. al-Qur’an diturunkan ke bumi tidak sama dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan hanya satu kali langsung selesai. Tetapi al-Qur’an diturunkan dengan cara berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit (bertahap) sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan permasalah yang terjadi saat itu untuk memberikan jawaban atas permasalah yang dihadapi para Sahabat nabi kala itu.
Al-Qur’an diturunkan (Nuzulul Qur’an) membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Apa hikmahnya? Adalah untuk menguatkan rasa cinta hati nabi Muhammad dan para sahabat nabi agar selalu merasa senang setiap kali turunnya ayat al-Qur’an. Disamping itu, al-Qur’an diturunkan dengan cara berangsur-angsur agar supaya para sahabat lebih mudah menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an yang telah diturunkan lebih dahulu.
al-Qur’an diturunkan ada kalanya yang mempunyai sebab (Asbab an-Nuzul) seperti ayat al-Qur’an yang diturunkan untuk menjawab sebuah pertanyaan dari permasalah yang dihadapi para sahabat Nabi kala itu, ataupun pertanyaan yang disampaikan oleh orang-orang kafir. Namun ada juga ayat al-Qur’an yang diturunkan tetapi tidak mempunyai Asbab an-Nuzul seperti ayat al-Qur’an yang diturunkan untuk menceritakan umat-umat Nabi terdahulu atau menjelaskan tentang perkara-perkara gaib yang akan terjadi di hari nanti. Seperti ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang surga atau neraka, ataupun ayat al-Qur’an yang menggambarkan tentang kejadian hari kiamat nanti, ayat-ayat al-Qur’an yang seperti itu diturunkan tidak mempunyai \Asbab an-Nuzul. Ayat al-Qur’an seperti itu, diturunkan oleh Allah dimaksudkan untuk memberikan hidayah kepada umat manusia agar mau mengambil hikmah dari semua kejadian yang diceritakan oleh al-Qur’an terutama ayat al-Qur’an yang menceritakan tentang adzab, musibah dan bencana dari Allah yang diturunkan kepada ummat-ummat terdahulu yang merupakan akibat dari perbuatan dosa yang telah mereka lakukan. Sehingga kita semua mau kembali ke jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah Swt untuk tidak melakukan dosa dan maksiat kepada Allah Swt.
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. sebanyak 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat. Isi kandungannya dibagi menjadi tiga bagian. Sebagian dari isi al-Qur’an menjelaskan tentang sifat wajib Allah. Sebagian yang lain isi kandungan al-Qur’an menjelaskan tentang hukum-hukum syariat Islam dan sebagian diantaranya menceritakan tentang kejadian dan perilaku umat nabi terdahulu baik umat yang beriman kepada Allah ataupun umat yang inkar kepada-Nya.
Ada sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. al-Qur’an adalah kalamullah (Firman Allah), Kalamullah secara tinjauan ilmu tauhid adalah sesuatu yang tidak ada huruf dan tidak ada suaranya, ( Maa laisa biharfin walaa sautin ) tapi kenapa al-Qur’an yang merupakan kalamullah ternyata ada huruf dan ada suaranya bila dibaca? Dalam sebuah keterangan dijelaskan bahwa kalamullah terbagi menjadi 2 (dua) bagian:
1. Ada kalamullah sebangsa sifat yang maha terdahulu yang melekat pada dzatnya Allah. Kalamullah seperti itu yang tidak ada huruf dan suaranya;
2. Ada Kalamullah sebangsa lafadz yang diturunkan kepada para Nabi/Rasul, Kalamullah yang seperti ini yang ada huruf dan suaranya. Seperti al-Qur’an, Taurot, Injil dan Zabur.
Untuk itu, dengan momentum bulan Ramadlan ini mari kita sama-sama untuk membudayakan agar rumah, kantor, masjid/mushola dan sekolahkita selalu dihiasi dengan bacaan al-Qur’an. Jadikan generasi muda kita generasi yang cinta al-Qur’an, jadikan hidup kita agar selalu berpegang teguh dengan ajaran al-Qur’an. Insya Allah semakin sering kita membaca dan mengamalkan perintah al-Qur’an semakin besar harapan kita untuk mendapatkan syafa’at dari al-Qur’an di hari Kiamat nanti. Amiin.
Abdul Rofi’ Afandi
DIREKTUR
MA’HAD ALY ASY-SYAFI’IYAH
Kedungwungu Krangkeng Indramayu